Kamis, 16 April 2015

PEMETAAN EKSPLORASI

BATUAN BEKU
Batuan beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku intrusif (membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (membeku dipermukaan bumi). Disamping itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
·         Batuan beku volkanik.
Biasanya mempunyai ukuran kristal yang relative halus, karena membeku dipermukaan atau dekat dengan permukaan bumi.
·         Batuan beku hipabisal.
Biasanya mempunyai Kristal-kristal yang berukuran sedang atau percampuran antara kasar dan halus, karena membeku di dalam permukaan bumi.
·         Batuan beku plutonik.
Biasanya mempunyai Kristal-kristal yang berukuran kasar, karena membeku jauh di dalam permukaan bumi.
Kelompok diatas dapat dibedakan dengan melihat ukuran kristalnya. Batuan beku volkanik dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu, batuan volkanik instrusif, batuan beku ekstrusif (ekplosif) yang sering disebut dengan batuan fragmental dan batuan volkanik ekstrusif (efusif), seperti aliran lava.
Di Indonesia batuan beku ekstrusif lebih didominasi batuan yang bertekstur fragmental atau sering disebut batuan piroklastik yang akan dikelompokkan dengan klasifikasi yang berbeda dengan batuan beku non fragmental.

Batuan Beku Non Fragmental
Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku instrusif ataupun aliran lava yang tersusun atas Kristal-kristal mineral. Dalam pengamatan batuan beku ini hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
·         Warna batuan
Warna batuan beku berkatan erat dengan kompoisi mineral penyusunnya, mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kwarsa, potas feldsfar, muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya adalah batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. Batuan beku berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.
·         Struktur batuan.
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah :
Ø  Masif.
Bila batuan pejal tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.
Ø  Jointing.
Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan, kenampakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.
Ø  Vesikuler.
Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas dengan arah teratur, lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung. Struktur ini dibagi lagi menjadi yaitu :
v  Skoriaan; bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
v  Pumisan; bila lubang-lubang gas saling berhubungan
v  Aliran; bila adanya kenampakan aliran dari kristal- kristal maupun lubang-lubang gas.
v  Amigdaloidal; bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral skunder.
v  Xenolit; struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertanam kedalam batuan beku.
·         Tekstur batuan beku
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau keadaan yang erat antara unsur-unsur mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan. Tekstur dalam batuan beku di bagi menjadi beberapa faktor, antara lain; tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granulitas dan hubungan antar butir (fabric).
Ø  Tingkat Kristalisasi.
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase dari cair ke padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relative cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk penggantian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas.
Tingkat kristalisasi batuan beku dapat di bagi menjadi :
v  Holokristalin .
Bila seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal mineral.
v  Hypokristalin/Hypohyalin/Merokristalin.
Bila batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan gelas.
v  Holohyalin.
Bila seluruh batuan tersusun oleh gelas.
Ø  Ukuran Kristal.
 








Ø  Granulitas.
Dalam batuan beku granulitas menyangkut derajat kesamaan ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Granulitas pada batuan beku non fragmental dapat di bagi menjadi beberapa macam yaitu:
v  Equigranular.
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur equigranular di bagi menjadi :
1)       Fanerik granular
Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang dan berukuran seragam. Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran :
-          Halus, apabila ukuran diameter rata-rata kristal individu @ 1 mm.
-          Sedang, apabila ukuran diameterkristal-kristal antara 1 mm – 5 mm.
-          Kasar, apabila ukurannya berkisar antara 5 mm – 30 mm.
-          Sangat kasar apabila ukurannya A 30 mm.
                  
2)    Afanitik.
Apabila ukuran kristal-kristal mineral sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan yang bertekstur afanitik dapat tersusun atas kristal, gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula istilah Mikrokristalin dan Kriptokristalin.
Disebut mikrokristalin apabila kristal individu dapat dikenal/dilihat dengan menggunakan mikroskop, sedangkan Kriptokristalin apabila tidak dapat dikenal dengan mikroskop.
v  Inequigranular.
Disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran kristal pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi :
1)    faneroporfiritik.
Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal dengan mata telanjang.
2)    Pirfiroafanitik
Bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik.
3)    gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
Ø  Bentuk Butir.
Untuk Kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi :
v  Euhedral  ;  yaitu apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang jelas.
v  Subhedral ; yaitu apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi bidang-bidang kristal.
v  Anhedral ; yaitu apabila bidang batas kristal tidak jelas.
Ø  Komposisi Mineral.
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu:
v  Kelompok Granit – Riolit : berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat hornblende biotit muskovit dalam jumlah kecil.
v  Kelompok Diorit – andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet, terutama tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan kuarsa biotit ortoklas dalam jumlah kecil.
v  kelompok Gabro – Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.
v  kelompok Ultra basa; terutama tersusun oleh olivine, piroksen. Mineral lain yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.

BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
·         Tekstur
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sedimen klastik dan nonnkalstik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen terbetuk dari material-material hasil perombakan batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan sedimen nonklastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material-material hasil aktivitas kimia (termasuk biokimia). Dari kedua macam batuan sedimen tersebut dikenal tekstur klastik dan nonklastik.
Ø  Tekstur klastik
Semua batuan sedimen klastik mempunyai tekstur klastik. Yang perlu diperhatikan pada batuan tersebut adalah ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir dipakai klasifikasi ukuran butir dari wentworth sebagai berikut :
Ø  Tekstur nonklastik
Semua batuan nonklastik mempunyai tekstur nonklastik. Ciri khas dari tekstur nonklastik adalah adanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada ruang pori-pori antar butir dan umumnya monomineralik.
Beberapa tekstur nonklastik yang penting adalah :
Ø  Amorf. Partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau koloid, nonkristalin. Misal : rijang masif
Ø  Oolistik. Tersusun oleh kristal-kristal kecil berbentuk bulat atau elipsoid, terkumpul seperti telur ikan, butir-butiran berukuran 0,25 – 0,2 mm. Misal : batugamping oolit.
Ø  Pisolitik. Seperti oolitik, tetapi butiran berukuran lebih besar dari 2 mm. Misal : batugamping pisolitik.
Ø  Sakaroidal. Partikel-pertikel berbutir halus, sama besar (equigranular). Misal : batugamping sakaroidal.
Ø  Kristalin. Bila tersusun oleh kristal-kristal besar.

·         Struktur
Struktur dari batuan sedimen lebih tergantung pada hubungan antara kelompok-kelompok sedimenter dari pada hubungan antar butir yang menentukan dan mengontrol tekstur. Struktur batuan sedimen yang benar-benar lebih baik dipelajari di lapangan dari pada dari contoh genggaman.
Struktur batuan sedimen dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
Ø  Struktur fisika (mekanik), terbentuk karena proses-proses fisika. Beberapa  macam teksturnya adalah :
v  Berlapis, terlihat di lapangan sebagai susunan yang berlapis-lapis. Bila ketebalan individu lapisan lebih besar dari 1 cm dinamakan lapisan, sedangkan bila lebih kecil dari 1 cm dinamakan laminasi.
v  Bergradasi, bila butir-butiran dalam tubuh batuan dari bawah ke atas  makin halus.
v  Silang siur, yaitu satu seri perlapisan yang saling potong memotong dalam tubuh batuan sedimen.
v  Masif, bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur sedimen.
Ø  Struktur kimia, terbentuk karena proses-proses kimia.
Macam-macamnya antara lain :
v  Konkreasi, bila berbentuk bulat
v  Nodul, bila berbentuk tidak teratur
Ø  Struktur organik, terbetuk karena aktivitas organisme.
Contoh : struktur reef pada batugamping

Penamaan Batuan
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir (tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur. Ukuran butir dalam batua sedimen klastik bisa seragam dan bisa tidak seragam, pada tidak seragam dikenal :
Ø  Fragmen, yaitu butiran berukuran lebih besar dai pasir.
Ø  Matrik, yaitu butiran-butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terdapat disela-sela fragmen.
Ø  Semen, yaitu material yang sanagt halus (hanya dapat dilihat dengan mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri  dari silika, kalsit, oksida besi atau lempung.
Penamaan batuan sedimen nonklastik lebih ditentukan oleh komposisi mineralnya atau kimianya.

BATUAN METAMORF
Proses metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia yang aktif. Hasil akhir dari proses metamorfisme adalah batuan metamorf. Jadi batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa batuan beku, sedimen maupun metamorf.
Ø  Susunan mineral (fabrik)
Dari kenampakan tiga dimensional, fabrik dapat dibedakan menjadi :
v  Isotropik : susunan butir ke segala arah tampak sama.
v  Anisotropik : kenampakan susunan butir mineral tidak sama ke segala arah.
Ø  Tekstur
Berdasarkan ukuran butir mineralnya, dapat dibedakan menjadi :
v  Fanaretik : butiran cukup besar untuk dapat dikenal dengan mata telanjang.
v  Afanitik : butiran terlalu kecil untuk dapat dikenal dengan mata telanjang.
Ø  Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dikenal ada tiga :
v  Granular : bila butir-butiran mineral yang berhubungan saling mengunci (inter locking).
v  Foliasi : bila mineral-mineral pipih menbentuk rangkaian permukaan subparalel.
v  Lineasi : bila mineral-mineral prismatik membentuk kenampakan  penjajaran pada batuan, seperti genggaman pensil.
Di alam, batuan yang hanya mempunyai struktur lineasi sangat jarang, dan sebagian besar selain berlineasi juga berfoliasi. Foliasi mungkin tidak teratur, melengkung atau terlipat bila terdeformasi.
Ø  Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan  foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang :
v  Berfoliasi sangat kuat; yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi, biasanya karena melimpahnya mika yang terorientasi. Batuannya adalah :
1)      “Slate” (batusabak). Bersifat  afanitik, mempunyai kilap suram  pada bidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batusabak tampak merah bila banyak mengandung hematit, hijau bila klorit, dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak grafit.
2)      “Phyllite” (fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar dari pada batusabak, dan bidang foliasinya mengkilat karena mika dan klorit yang sudah lebih banyak dari pada batusabak. Batu ini merupakan peralihan dari batusabk ke skis.
3)      “Schist” (skis). Bersifat faneritik, banyak mengandung mineral pipih yang terorientasi seperti : mika, klorit, grafit, talk.
v  Berfoliasi rendah : yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar. Batuannya antara lain :
1)      Gneiss (gneis). Bersifat faneritik. Berbutir sedang sampai kasar. Komposisinya yang utama : kwarsa, feldsfar, mika dan kadang-kadang hornblede.
v  Berfoliasi sangat lemah sampai non foliasi: batuan didominasi oleh mineral-mineral berbentuk kubus, mineral-mineral pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain :
2)      Qurtzite (kwarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah kwarsa; bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran. Non foliasi.
3)      Marble (marmer). Berkomposisi utama kalsit; warnaabu-abu (biasanya)  karena grafit (bereaksi positif dengan HCl).
4)      Hornfels. Bersifat afanitik sampai faneritik halus, berkomposisi kwarsa, feldsfar, mika (diketahui melalui pengamatan lapangan).
5)      Granofels. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi kwarsa dan feldsfar (yang berbentuk kubus).
6)      Granulit. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi piroksin dan garnet disamping kwarsa dan feldsfar.

7)      Serpentinite. Non foliasi sampai lineasi, berwarna hitam, hijau sampai kuning pucat. Komposisi utamanya serpentin.
Re-post Arsip Tambang

0 komentar: