Untuk batubara yang dipakai di Jepang, karena tiap proses
pemanfaatan batubara menuntut adanya batasan-batasan kualitas tertentu, maka
penilaian dan evaluasi kualitas menjadi sangat penting. Selain itu, dalam upaya
untuk mengurangi biaya bahan bakar (fuel
cost) dengan memperbanyak pemanfaatan batubara, maka pemakaian pulverized coal firing boiler dan fluidized bed boiler tipe baru terus
digalakkan di Jepang. Dengan upaya tersebut, hambatan yang dulu banyak ditemui
dalam pemanfaatan batubara kini telah banyak berkurang. Di sisi lain, peraturan
hukum yang baru menyangkut masalah lingkungan sehubungan dengan proses
pemanfaatan batubara juga tengah dirancang. Rancangan peraturan baru yang lebih
ketat tersebut, menghendaki adanya penurunan jumlah NOx dan SOx yang dilepas ke
udara, serta peraturan-peraturan baru mengenai unsur logam mikro berbahaya (hazardous trace metals) dan lain-lain.
Dengan demikian, tuntutan kualitas diperkirakan juga akan berubah di masa
mendatang.
Pengembangan Teknik Baru Penilaian Kualitas
Batubara bisa
memiliki karakteristik yang jauh berbeda tergantung kepada lokasi penghasil, brand name, serta metode dan proses
preparasi yang dilakukan. Selain itu, tidak seperti minyak atau gas, batubara
adalah produk berbentuk padatan yang sebenarnya belum merupakan produk yang
benar-benar jadi, sehingga pengaturan kualitas dengan cara blending dan sebagainya masih dimungkinkan, walaupun hanya sampai
batas-batas tertentu. Karena itu, teknik penilaian kualitas batubara menempati
posisi yang sangat penting. Akan tetapi, penilaian kualitas berdasarkan
analisis sesuai metode JIS yang ada sekarang, memiliki beberapa kelemahan:
1.
Kondisi pengujian tidak mencerminkan kondisi proses pemanfaatan batubara
yang sebenarnya.
2.
Batubara dianggap sebagai zat yang seragam (uniform), walaupun pada kenyataannya batubara merupakan suatu
kumpulan unsur padatan dengan sifat zat, komposisi, maupun struktur kimia yang
berbeda.
Dengan kelemahan-kelemahan seperti di atas, keakuratan
hasil analisis yang dilakukan sebenarnya tidak bisa disebut mencukupi. Untuk
mengatasi persoalan tersebut, saat ini tengah dirancang dan dikembangkan suatu
acuan penilaian yang lebih mencerminkan kondisi proses pemanfaatan batubara.
Salah satu poin penting yang berhubungan
dengan faktor lingkungan adalah terjadinya NOx, dimana penilaian biasanya
dilakukan hanya dengan melihat banyak-sedikitnya kandungan nitrogen di dalam
batubara. Akan tetapi, menilai hal tersebut hanya dari jumlah kandungan
nitrogen saja tidak memadai, karena penentuan perilaku pelepasan senyawa
nitrogen pada proses penguraian panas (pirolisis) yang menjadi faktor utama
timbulnya Nox, dan penentuan sifat reaksi oksidasi-reduksinya sulit untuk
dilakukan.
Untuk itu,
kandungan nitrogen dalam batubara dianalisis secara kuantitatif dalam bentuk
senyawa yang terpisah, yaitu sebagai amine,
pyridine, dan pyrrole. Untuk melakukan penilaian berdasarkan mekanisme
pembentukan NOx, dikembangkan pula apa yang disebut NOx index.
Pada sistem
pembakaran batubara halus (pulverized
coal firing), terdapat hubungan antara kandungan nitrogen dengan rasio
pengubahan NOx (NOx conversion ratio)
[=rasio perbandingan jumlah kandungan nitrogen dalam batubara yang berubah
menjadi NOx], sehingga penilaian terhadap kemudahan terjadinya NOx tidak cukup
hanya dari banyak-sedikitnya kandungan nitrogen saja.
0 komentar:
Posting Komentar